Saat awal masuk sekolah, Lina menjadi salah satu murid
berbakat. Agamanya lumayan, Jago olahraga, berenang, lari, Lina juga pintar
memainkan alat musik seperti suling dan piano. Soal akademiknya pun.. tidak
perlu ditanya, guru-gurunya pun mengaguminya. Meski Lina masih kecil, tutur
katanya yang sopan membuat siapapun ingin mendekatinya. Termasuk orang tua
murid.
Lina mengikuti pengajian di masjid dekat rumahnya. Gadis itu
beserta dua orang teman kelasnya mengikuti les bahasa inggris yang belum ada
dalam pelajaran saat itu. Lina jatuh cinta pada bahasa inggris karena dalam
majalah kesukaannya terdapat kalimat-kalimat berbahasa inggris. Majalah
“princess”itu terbit sebulan sekali.
Hal itu membuat Lina berlangganan dua buah majalah,
“princess” dan ”bobo”. Lina menyukai semua cerpen dan kuis-kuis yang ada di
majalah “bobo”. Ya, Lina memang gemar membaca. Lina juga gemar membaca komik.
Komik kesukaan Lina saat itu adalah “detective conan”, ”Cardcaptor Sakura”, dan
”Crayon Sinchan”
Adik dari ibunya Lina, Inka, tinggal di Bogor. Karena sepupu
Lina yang lain tersebar di pulau Jawa, membuat anak-anak Inka menjadi sepupu
terdekat bagi Lina dan Zul. “Lina, ini, komik-komik ini untukmu saja” ucap anak
tertua Inka, Rima. “makasih banyak, mba” sahut Lina yang menerima koleksi komik
“Cardcaptor Sakura” milik perempuan bernama lengkap Rimayanti Aliya Putri itu.
“okay students, i think it’s enough for today, thank you for
your attention, see you next week” Miss Mirani mengakhiri pelajaran untuk hari
itu. “film tadi seru ya, to” kata Lina yang berjalan pulang bersama Fito, teman
sekelasnya di SD dan tempat les. Karena rumah Fito tidak jauh dari tempat les,
Fito berpamitan pada Lina di tengah jalan
Mei dan Fito adalah teman sekelas Lina di SD sekaligus di
tempat les itu. Mei adalah gadis kecil yang cantik, pintar dan supel. Mei dan
Lina cukup dekat meski rumah mereka berjauhan. Lina mengagumi sahabatnya itu
seperti Mei kagum pada Lina. Tapi Mei pindah ke jogja tepat sesaat sebelum Lina
terserang demam berdarah.
Pergaulan Lina yang luas membuat Lina bisa berteman dengan
siapa saja, tak terkecuali Fito. Fito adalah laki-laki yang paling lucu yang
pernah Lina kenal. Teman-teman sekelasnya pun mengakui hal itu. Anaknya secara
fisik pendek, rupanya tidak terlalu jelek, kurus, pintar dan bersahabat. Lina
kagum padanya.
Lina suka bermain di taman kanak-kanak tempatnya dulu
bersekolah, disana Lina bersahabat dengan Nida, anak perempuan berusia setaun
lebih muda darinya dan seumur dengan Zul, adiknya. Nida juga satu pengajian
dengan Lina, itulah yang mempererat persahabatan mereka. Mereka akrab dalam
banyak hal. sampai-sampai anak laki-laki yang mereka sukai pun sama, yaitu
Rizky
Nida memperkenalkan teman barunya pada Lina. Teman barunya
adalah seorang anak perempuan cantik dan kaya raya, lebih tua setahun dari
Lina, perempuan itu bernama Santy. Dan mereka bertiga bertemu anak perempuan
yang rumahnya.. masih di masjid tapi bukan pemilik masjid, namanya Azwa.
Azwa dan keluarganya berjualan di warung area dalam masjid.
Azwa juga bersekolah di taman kanak-kanak yang sama dengan Angelina dan Nida.
Karena rumah mereka berempat berdekatan, mereka sering bermain bersama. Entah
itu di masjid, di taman kanak-kanak Sudrajat, atau di rumah Nida, Santy,
ataupun Angelina.
Saat Lina menduduki kelas 3 semester akhir, Lina dan
keluarga besarnya yang berasal dari Jawa Timur berekreasi ke kota Malang, Jatim
Park sebagai kegiatan pengisi libur lebaran. Disana Lina terserang demam
berdarah yang membuatnya tidak sadarkan diri. Seusai liburan, Ellen membawa
Lina ke rumah sakit Demika.
Dan sahabatnya di sekolah dan tempat kursus, Mei, pindah ke
jogja. Lina tidak sadar dia sedang berjalan ke ruang unit gawat darurat bersama
Ellen. Lalu dokter disana mengambil contoh darah Lina.
“Lina positif terkena virus dengue bu”
Ellen sedih. Kemudian Lina dianjurkan untuk rawat inap.
Malam setelah itu, hidung mungil Lina mengeluarkan darah segar. Yang
mengartikan trombosit Lina menurun drastis. Ellen terjaga dari tidurnya dan
dengan paniknya memanggil pihak rumah sakit.
“dokter ! Dokter ! Cepat kesini ! anak saya mimisan !”
“virusnya sudah menyerang ke jaringan di otak Angelina”
Begitu kata dokter setelah memeriksa keadaan Lina. Hal itu
membuat Ellen semakin sedih. Dia khawatir. Keesokan harinya Lina tidak dapat
membuka matanya sehingga orang tuanya memindahkan Lina ke rumah sakit Lain. 3
bulan kemudian Lina belum juga sadar dan membuka matanya.
Lina dipindahkan lagi ke rumah sakit lain dan Idul adha pun
tiba. Ellen menjaga Lina yang masih tertidur, lelap dalam koma di rumah sakit sambil
membacakan Al-Quran untuk mengusir kekhawatirannya, sambil mendoakan anaknya
agar bisa pulih seperti sedia kala.
“bagaimana kalau Lina tidak bisa bangun lagi ?” tangis Ellen
dalam hati dengan perasaan cemas yang bercampur aduk.
Tiba-tiba Lina membuka matanya, saat itu juga kedua orang
tuanya sangat bersyukur, lalu Kanto mengecup lembut kening Lina. Selama tiga
hari Lina tidak dapat memejamkan mata,
kemudian Lina yang tidak sadarkan diri kejang-kejang dengan mata terbuka.
Ellen yang panik segera memanggil seorang ahli akupuntur.
Setibanya di rumah sakit, Ellen menceritakan semua masalah
yang dialami Lina. Ahli akupuntur itu pun mulai bekerja. Beliau menusukkan
beberapa, atau mungkin banyak jarum ke tubuh Lina dan Lina akhirnya bisa
menidurkan kedua matanya. Lina dipindahkan lagi ke rumah sakit Demika. Keesokan
harinya Lina masih terlelap.
3 hari berlalu..
Saat masih terpejam dalam komanya, Lina menjalankan
pengobatan akupuntur. Dan hasilnya.. berhasil, Lina membuka matanya, namun
tetap tidak sadar sampai teman-teman sekelasnya menjenguk Lina di rumah sakit.
Fito. Salah satu temannya membuatkan pantun untuk Lina.”kembangku bunga sepatu,
jika kau suka padaku, bilang saja i love you”
Seperti mantra, semua yang ada di ruangan itupun bersorak,
dan Lina.. akhirnya dia tertawa, itu pertama kalinya Lina tertawa setelah
sekian lama Lina terlelap dalam koma yang dialaminya. Orang tua Lina pun
bergembira. Kanto mengecup kening Lina. Akhirnya Lina dipindahkan kembali ke
rumah sakit dimana Ellen bekerja, Lina keluar dari sana digendong ayahnya.
Ditengah rasa syukur yang dipanjatkan Ellen dan kanto, Lina
jadi sedih mengingat dia tidak bisa beraktivitas seperti dulu lagi. Padahal
sebelumnya Lina adalah jagoan. Walaupun belum berprestasi, Lina adalah murid
yang baik dan pintar, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Pintar
olahraga dan pelajaran-pelajaran itu dan menduduki rangking 3 di kelas 3 SD
tidak lantas membuat Lina menjadi angkuh dan sombong.
Lina juga pintar dalam memainkan alat seni, seperti suling
dan piano. Lina rindu saat-saat dimana dia berenang diantara air yang
menyegarkan, berlari ditemani angin
sejuk yang menghembuskan rambut panjangnya, ataupun bermain. Ketika
Angelina sendiri, karena taman kanak-kanak itu tidak jauh dari rumahnya, Lina
suka pergi kesana untuk bermain ayunan.
Wajah Lina yang lembut pun tak kuasa menahan kerasnya
penyakit itu, mata kanannya agak lemah, pipi dan mulut bagian kiripun kurang
kuat, gerakan dari penyakit itu menyebabkan kaki kanannya lemah menahan beban
tubuhnya. “makanya diet” perintah Ellen, Lina memang bertulang besar seperti
Kanto.
Karena Lina sakit
sejak kelas 3 SD, semua kegiatan, kecuali pendidikan dalam sekolahnya
dihentikan. Waktu kelas 4 Lina masih sama, dengan kesibukan akademiknya. Naik
kelas pun tidak ada yang istimewa, semua berjalan apa adanya, seperti biasanya,
tidak ada yang baru. Suatu hari, saat memasuki kelas 5 SD, Lina mendapat SMS dari
nomor yang tidak Lina kenal.
“hai Lina”
“hai juga, maaf sebelumnya, ini siapa ya ?”
dan ternyata setelah ditanya.. nomor itu membalas.
Ternyata.. Rizky !
“ini Rizky, masih ingat ?”
Rizky adalah laki-laki berkulit putih, tinggi, dan dari awal
Lina menyukai laki-laki itu.
“iya masih, Rizky apa kabar ?”
“alhamdulillah baik, Lina gimana ?”
“alhamdulillah, baik juga”
Dia emang satu angkatan sama aku, dan kita di pengajian yang
sama 2 tahun lalu. Tapi dia kan beda sekolah sama aku, dia SD 4, sedangkan aku
SD 6, meski sekolah kami bersebelahan dan aku sering melihat kelasnya dulu,
darimana dia tau nomorku ? hapus aja ah inboxnya, takut
Setelah Lina menghapus inboxnya, nomor itu sms lagi
“Lina”
“maaf, siapa ini ?”
“Rizky, kamu hapus ya inboxnya ? pinter”
“oh iya, belum aku save tadi hehehe, maaf”
“iya, gapapa, Lina lagi apa ?”
“lagi nonton, Rizky ?”
“sama hehehe”
Pikiran itulah yang terbesit di benak Lina saat dia tahu itu
nomor Rizky, anak Laki-laki yang disukainya. Saat Lina berulang tahun Rizky SMS
“dihari yang cerah ini, ada seseorang yang bertambah
umurnya, aku harapkan keselamatan dan perlindungan untuknya, kesehatan seumur
hidupnya, kepintaran untuk menghadapi dunianya, dari-Nya, spesial untuk yang
hari ini berulang tahun, selamat ulang tahun Lina”
“makasih Rizky”
“Lin, setelah lulus nanti kamu mau sekolah dimana ?”
“mungkin di SMP 2”
Lina menyukai SMP itu karena selain SMP 2 adalah sekolah
favorit, SMP 2 juga tidak terlalu jauh dari SD dan rumahnya. Dan perkataan Lina
di SMS benar, Ujian Nasional pun usai. Semua murid lulus dengan nilai yang
berbeda-beda. nilai Lina tidak terlalu jelek, dan Ellen bercerita pada temannya
“oh, nilai segini sih, masukin aja ke SMP 2, nilainya cukup
kok”
Kemudian Ellen mendaftarkan Lina ke SMP itu
Rabu..
“hei Lina, sebenernya aku udah lama suka sama kamu, kamu mau
ngga jadi pacar aku ? ”
Mata Lina terbelalak melihat SMS dari Rizky. Duuuh aku emang suka sama dia, tapi aku kan
belum dibolehin sama mama
Jadi, Lina membalas
“maaf ya ky, aku belum dibolehin pacaran, lagipula aku lagi
sakit jadi takutnya aku ngerepotin kamu nanti”
Berikutnya tidak pernah ada kabar lagi dari Rizky
~to be continue~